judul paling dalemmm..
Ini gara2nya terinspirasi sama crita waktu di gereja 2minggu lalu, Pdm.Agnes Maria bawain kotbah dan smpt crita tentang kisah Pak Eko Pratomo Suyatno. Googling dan ketemu deh crita nya.. mau share yaa..
Ceritanya sangat bikin terharu dan kasi banyak inspirasi tentang apa yang namanya KASIH..
unconditional love? yeahh bisa dibilang begitu
crita ini aku ambil dari http://arishms.com/2010/11/06/eko-pratomo-suyatno-bahagia-dunia-akhirat/
Eko Pratomo Suyatno, siapa yang tidak
kenal lelaki bersahaja ini? Namanya sering muncul di koran, televisi,
di buku-buku investasi dan keuangan. Dialah salah seorang dibalik
kemajuan industri reksadana di Indonesia dan juga seorang pemimpin dari
sebuah perusahaan investasi reksadana besar di negeri ini.
Dalam posisinya seperti sekarang ini,
boleh jadi kita beranggapan bahwa pria ini pasti super sibuk dengan
segudang jadwal padat. Tapi dalam note ini saya tidak akan menyoroti
kesuksesan beliau sebagai eksekutif. Karena ada sisi kesehariannya yang
luar biasa!!!!
Usianya sudah tidak terbilang muda lagi,
60 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, tapi
Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit.
Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak.
Dari isinilah awal cobaan itu menerpa,
saat istrinya melahirkan anak yang ke empat. tiba-tiba kakinya lumpuh
dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun, menginjak
tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak
bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari sebelum berangkat kerja Pak
Suyatno sendirian memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan
mengangkat istrinya ke tempat tidur. Dia letakkan istrinya di depan TV
agar istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya sudah tidak dapat
bicara tapi selalu terlihat senyum. Untunglah tempat berkantor Pak
Suyatno tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat
pulang untuk menyuapi istrinya makan siang.
Sorenya adalah jadwal memandikan
istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya
nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan matanya, namun
begitu bagi Pak Suyatno sudah cukup menyenangkan. Bahkan terkadang
diselingi dengan menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas
ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan penuh kesabaran
dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka.
Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih
kuliah.
Pada suatu hari…saat seluruh anaknya
berkumpul di rumah menjenguk ibunya– karena setelah anak-anak mereka
menikah dan tinggal bersama keluarga masing-masing– Pak Suyatno
memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia inginkan
hanya satu ‘agar semua anaknya dapat berhasil’.
Dengan kalimat yang cukup hati-hati, anak yang sulung berkata:
“Pak kami ingin sekali merawat ibu,
semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun
keluhan keluar dari bibir bapak……bahkan bapak tidak ijinkan kami
menjaga ibu.” Sambil air mata si sulung berlinang.
“Sudah keempat kalinya kami mengijinkan
bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak
menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini, kami sudah
tidak tega melihat bapak, kami janji akan merawat ibu sebaik-baik
secara bergantian”. Si Sulung melanjutkan permohonannya.
”Anak-anakku…Jikalau perkawinan dan
hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi,
tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih
dari cukup,dia telah melahirkan kalian….*sejenak kerongkongannya
tersekat*… kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan
penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. Coba
kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini ??
Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia
meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti sekarang, kalian
menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang
lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit.” Pak Suyatno menjawab
hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya
Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak
Suyatno, merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata
Ibu Suyatno..dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya
itu……
Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang
oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan
merekapun mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu
bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa
apa-apa….disaat itulah meledak tangisnya dengan tamu yang hadir di
studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru.
Disitulah Pak Suyatno bercerita : “Jika
manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya,
tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian itu adalah
kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan
sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya
dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4
anak yang lucu-lucu..Sekarang saat dia sakit karena berkorban untuk
cinta kami bersama… dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya
dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum
tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit…” Sambil menangis
” Setiap malam saya bersujud dan
menangis dan saya hanya dapat bercerita kepada Allah di atas
sajadah..dan saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan
dan mendengar rahasia saya…”BAHWA CINTA SAYA KEPADA ISTRI, SAYA
SERAHKAN SEPENUHNYA KEPADA ALLAH”.
Dear my friends, that’s a true story
from someone who taugh me about the important of investment three years
ago. I wish i could be someone like him…to give all attention to
family..i believe family is our precious thing..more than money or
gold.
Ditulis oleh adriannugraha